Supply Chain Management
Proses sejarah dan perkembangan SCM Dari masa ke masa:
- SCM telah dikenal dalamperadaban manusia sejak berabad-abad yang lalu. Tentu saja pada awal kemunculannya, sistim tersebut tidak dikenal dengan nama SCM, melainkan dengan istilah- istilah lain, untuk memperkuat argumen ini, buktinya adalah dengan ditemukannya kata “logistik” pada sebuah naskah literatur di era revolusi industri, yakni pada tahun 1890-an.
- Pada tahun 1927, mulai dikembangkan sebuah sistim produksi masal untuk suatu produk. Hal ini merupakan salah satu strategi dalam SCM untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh lewat efisiensi produksi.i
- Metode untuk meningkatkan efisiensi distribusi juga mulai dikembangkan dengan dipatenkannya sistim barcoding pada tahun 1952 oleh Norman Woodland dan Bernard Silver di Amerika Serikat. Selanjutnya, pada tahun 1961 Gene Thomas juga mulai mengembangkan sistim perencanaan kebutuhan material untuk produksi (Bill of Material) atau yang saat ini kita kenal sebagai Material Requirement Planning (MRP).
- Pada tahun 1963, dibentuklah sebuah lembaga manajemen logistik di USA dengan nama National Council of Physical Distribution Management. Lembaga tersebut kini dikenal dengan nama Council of Logistics Management (CLM), keberadaan CLM kemudian menjadi inspirator bagi terbentuknya lembaga serupa diberbagai negara industri.
- Pada tahun 1969, beberapa ahli mulai mengembangkan bentuk awal dari hubungan pelanggan dengan penyedia produk yang dikenal dengan CRM (Customer Relationship Management), yang menjadi dasar dari tingkat layanan dalam SCM.
- Pada tahun 1980an, perkembangan SCM mulai maju pesat seiring dengan informasi teknologi yang juga berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan mulai banyaknya produsen atau perusahaan yang memiliki manajer rantai suplai untuk memaksimalkan bisnis yang dijalankan, yaitu memastikan kelancaran distribusi produk mulai dari penyedia bahan baku, produksi, hingga distribusi ke tangan konsumen. Ini terjadi karena persaingan industri menjadi semakin ketat seiring dengan kesadaran para produsen akan pentingnya penerapan SCM. Di awal tahun 1980-an adalah era kebangkitan industri Jepang yang menghasilkan produk berkualitas, inovatif, namun kompetitif harganya. Semua keunggulan industri Jepang ini ada dalam literatur Kaizen, 5-S, dan yang paling fenomenal adalah Toyota Manufacturing System, yang berpedoman pada efektifitas, efisiensi, dan inovasi proses kerja yang berkelanjutan. Keunggulan dan daya industri Jepang menunjukkan peran strategis SCM mulai dari; perencanaan, persiapan bahan baku, produksi, hingga penyaluran produk kepada konsumen akhir. Di USA, muncul konsep continuous improvement sebagai upaya melakukan inovasi proses menghadapi kompetisi dengan industri Jepang.
- Pada tahun 1982, istilah SCM untuk menyebut rangkaian proses dari hulu ke hilir itu mulai diperkenalkan oleh Weber dan Oliver. Lalu pada tahun 1984, Jeff Cox dan Eliyahu Goldratt memperkenalkan konsep yang disebut dengan Theory of Constraints di dalam buku yang berjudul The Goal’s.
- Analisis terhadap SCM berskala penuh pertama kali dilakukan oleh asosiasi Kurt Salmon pada tahun 1985 untuk industri apparel dan textil di USA. Di tahun yang sama Dean Wise dan Ken Ackerman membuat makalah tentang konsep 3PL (3th Party Logistics).
- Pada tahun 1990, ERP (Enterprise Resources Planning) mulai diperkenalkan. Ini sebetulnya merupakan pengembangan sistim yang telah diperkenalkan sebelumnya, yakni pada tahun 1960 yang bernama EDI (Electronic Data Interchange).
- Pada tahun 1991, Keunggulan menggunakan Supply Chain Management dibuktikan oleh Military Logistics Community yang sukses mendukung operasi Desert Strom oleh tentara sekutu ke Iraq. Pengaturan rantai pasokan untuk logistik militer yang sangat baik dalam operasi militer di Iraq tersebut menjadi salah satu poin pendukung utama kesuksesan tentara sekutu dalam operasi tersebut.
- Pada tahun 1993, jurnal ECR atau Efficient Consumer Response mulai dipublikasikan Andy Wood. Selanjutnya teori-teori dari para ahli juga terus dikembangkan dan dipraktekan oleh para produsen yang bersaing semakin ketat dalam penggunaan SCM di perusahaan- perusahaan mereka.
- Perhatian kepada peran penting dan strategis SCM menjadi lebih besar dan terus berkembang, pasca krisis ekonomi dan moneter global yang terjadi di era tahun 1997, saat ini banyak negara yang mengalami kebangkrutan dan hampir semua sektor industri baik berskala global maupun domestik di berbagai negara juga kolaps, namun hanya negara dan perusahaan yang sudah mengimplementasikan SCM, yang berhasil bertahan bahkan terus berkembang di masa krisis ekonomi dan moneter tersebut. Fungsi SCM yang tadinya berada dalam struktur General Affair dan supporting process tanpa peran strategis, kemudian di transformasi menjadi struktur baru dengan fungsi dan peran strategis dalam berbagai organisasi perusahaan.
- Pada awal tahun 2000-an, setelah dunia industri dan bisnis mulai pulih pasca krisis ekonomi dan moneter yang melanda dunia, para praktisi dan akademisi membahas implementasi konsep Value Chain atau Rantai Nilai yang sebenarnya telah diperkenalkan oleh Michael E. Porter dalam jurnal akademis di tahun 1980, value chain adalah konsep strategis operasional yang dapat menciptakan nilai tambah (added value) bagi korporasi. Aktivitas tersebut dibagi menjadi; 1) aktivitas utama (primary activity), yang terdiri atas Inbound Logistics, operations, outboud logistics, marketing, dan service, serta; 2) aktivitas pendukung (support activity, yang merupakan kegiatan pendukung aktivitas utama, yaitu; firm infrastructure, human resource, technology development, dan procurement. Hingga saat ini value chain bersama dengan konsep kaizen, 5-S, dan continuous improvement banyak dijadikan pilar untuk membangun sistem SCM yang efektif dan efisien
Komentar
Posting Komentar